1. PERBEDAAN
PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Sikap yang negatif terhadap
sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka
dapat juga dalam pegertian positif. Tidak sedikit orang-orang yang mudah
berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar untuk
berprasangka.
Namun demikian belum jelas benar
ciri-ciri kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka. Sementara
pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi tinggi, lebih sukar untuk
bersikap berprasangka. Mengapa? Karena orang-orang macam ini bersifat dan
bersiap kritis.
Dalam kondisi persaingan untuk
mencapai akumulasi materil tertentu, atau untuk meraih status sosial bagi suatu
individu atau kelompok sosial tertentu, pada suatu lingkungan/wilayah di mana
norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya
prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber
dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan.
Seseorang yang mempunyai prasangka
rasial. Biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun
begitu , biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang
pada suatu prasangka.
Sikap berprasangka jelas tidak
adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang
didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan
pikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai
sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu. Apabila muncul suatu sikap
berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap
suatu suku bangsa, kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan
pertentangan-pertentangan sosial yang lebih
luas.
1.1 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN
DISKRIMINASI
(a) Berlatar Belakang Sejarah
Orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka
negatif terhadap orang negro. Orang kulit putih beranggapan bahwa orang
negro adalah budak dan orang berkulit putih adalah Tuan rajanya.
(b) Dilatar Belakangi Oleh Perkembangan Sosio –
Kultural Dan Situasional
Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu
individu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok sosial tertentu
manakala terjadi penurunan status atau terjadi pemutusan hubungan kerja.
(c) Bersumber Dari Faktor Kepribadian
Keadaan frustasi dari orang ataupun kelompok sosial tertentu
dapat menimbulkan tingkah laku yang cukup agresif. Tipe prasangka lebih dominan
disebabkan karena sikap orang itu sendiri. Tipe authoritarian
personality adalah sebagai ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan bersifat
tertutup.
(d) Berlatar Belakang Dari Perbedaan Keyakinan,
Kepercayaan Dan Agama
Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan polotik,
ekonomi dan ideologi. Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut di atas
dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.
1.2 DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI/MENGHILANGKAN
PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapat bagi
warga negara indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan
mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
b. Perluasan
kesempatan belajar
Adanya usaha-usaha pemerintah dalam
perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara indonesia, paling tidak
dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi
hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas. Mengapa?
Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu di perguruan tinggi memang mahal,
disaping itu harus memiliki kemampuan otak dan modal.
c. Sikap terbuka
dan sikap lapang
Harus selalu kita sadari bahwa berbagi
tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam negri, semuanya
akan dapat merongrong keutuhan negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat
berikut sejumlah niali yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya
prasangka, diskriminasi, dan keresahan.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme
yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolok ukur
untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme
nampaknya merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian
biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan
atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap
etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
0 komentar:
Posting Komentar