ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
Judul ”Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Dan Kemiskinan” memberi petunjuk adanya suatu yang
inheren, mungkin permasalahan ialah adanya kontinuitas dan perubahan, harmoni
atau disharmoni. Tidak mungkin masalah ini akan melihat masa lampau atau masa
depan yang penuh dengan ketidakpastian, dan dapat melibatkan perdebatan
semantika.
1.
ILMU PENGETAHUAN
Di kalangan
ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari
pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan(objek)
tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan
akumulatif.
Ilmu pengetahuan
itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial dan
kemanusian, dan sebagai apa yang disebut generic meliputi segala usaha
penelitian dasar dan terapan serta pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan
utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan adalah untuk
menerapkan secara praktisi pengetahuan ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai
penggunaan sistematis dari pengetahuan yang diperoleh penelitian untuk keperluan
produksi bahan-bahan, cipta rencana sistem metode atau proses yang berguna, tetapi
yang tidak mencakup produksi atau engineeringnya.
2.
TEKNOLOGI
Dalam konsep yang
pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa
ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state
of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi. ”secara
konvensional mencangkup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas
juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the
social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode
sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.”
Teknologi yang
berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak
dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem
lain dalam kerangka nasional kemiskinan. Maka ada interrelasi, interaksi dan
interdependensi antara kemiskinan dan sistem atau subsistem “ilmu pengetahuan
dan teknologi”.
Dengan semakin
meningkatnya teknologi, tempat proses perubahan itu tidak dapat dipandang “normal”
lagi, dan tercapailah akkstern maupun intern (psikologis) yang merupakan
kekuatan sosial yang kurang mendalam dipahami.
3.
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan
dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau norma. Hal ini besar
perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebisaksanaan pembangunan,
yang pada hakikatnya adalah penerapan ilu pengetahuan dan teknologi. Masalah
nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut
perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu
dan teknologi.
Ilmu dapatlah
dipandang sebagai produk, sebagai proses dan sebagai paradigma etika. Ilmu dipandang
sebagai proses karen ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha
memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Ilmu
sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui
secara umum dan universal sifatnya.
Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan metode
ilmiah atau epistemologi. Jadi epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode
ilmiah. Metode ilmiah adalah kegiatan menyusun tubuh pengetahuan yang bersifat
logis. Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya yaitu : ontologis, epistemologis dan aksiopologis.
4.
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bbangsa, sebagai
inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi
fundamental dari cerita-cerita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan,
yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pokok, bisa dipengarihi oleh tiga hal :
1)
Persepsi manusian terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan
2)
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3)
Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi.
Atas dasar ukurannya ini maka mereka yang hidup di
bawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti
tanah, modal, keterampilan
b.
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh
asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan
atau modal usaha
c.
Tingkat pendidikan mereka rendah
d.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
e.
Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak
mempunyai keterampilan
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga
unsur :
1)
Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah
ataupun mental seseorang
2)
Kemiskinan yang disebabkan olem bencana alam
3)
Kemiskinan buatan
0 komentar:
Posting Komentar